Rabu, 10 Oktober 2012

A N E H T A P I N YA T A

w dilahirkan dengan dua buah mata yang indah. Ya, mata w cokelat indah. Banyak orang yang bilang w begitu beruntung dengan mata indah ini. Hah. Omong kosong.
 Orang lain tak pernah merasakan betapa tersiksanya w dengan indra penglihatan ini.
loe tahu apa? 
w begitu tersiksa dengan segala sesuatu yang dapat w lihat di sepanjang hidup ini. 
Sesuatu yang ketika lw melihatnya, lw akan mencoba untuk mencongkel mata lw agar  lw gak perlu melihat sesuatu yang keteika lw melihatnya, membuat lw tahu yang lain. Membuat lw gila. Membuat lw ingin mati. Mengetahui kehidupan di dunia selain dunia manusia. 
w bisa melihat pula. w bisa melihat kematian seseorang. w seorang yang gak pernah mengrti apa itu arti hidup dengan semua yang ada.
 
       wktu umur w masih genap empat tahun yang indah, yang dipenuhi bermilyar-milyar bintang, w mengucek mata karena ngantuk. Sudah setengah jam lamanya menonton TV dan mengunyah roti tak habis-habis.
 Semua keluarga sedang berkumpul di ruang keluarga dan bercengkrama riang penuh dengan tawa. Sungguh suasana yang sangat mengasyikan.
 Namun, tiba-tiba...
            Jantung w berdetak begitu keras ketika...w gak tahu apa itu. Bayangan, atau memang sebuah wujud, hitam, besar, menghalangi pandangan Dy berdiri di depan w. wktu itu w hanya bisa melihat kakinya yang begitu besar, yang hitam legam.
w angkat kepalak sampai menengadah.
Ya Tuhan... makhluk ciptaanmu itu sungguh besar sekali.
w lihat, ia berdiri di depan w menembus atap rumah w. 
dy tinggi,w gak bisa jelas melihat wajahnya yang sejajar dengan ujung tiang listrik.
            Detik itu, tak ada lagi yang bisa w lakukan.w membatu sambil menggenggam roti, menengadah, membelalakkan mata dan menganga. Badanku sedikit bergetar.w  ketakutan. Makhluk itu tak kunjung pergi.  dy sebenarnya mau apa?w menangis. Hanya mengeluarkan air mata dengan ekspresi dan posisi tubuh tetap membatu. Saking takutnya, w hampir gak bs nafas
        
            Tiba-tiba, makhluk itu bergerak, bergerak maju, mendekati w Semakin membatu, hanya jantung w saja yang bergerak, berdetak begitu kencang. Dan..ia, makhluk itu menembus tubuh w Membuatku harus terloncat jatuh ke pelukan Mama. Makhluk itu pergi, ia tiba-tiba menghilang. Tak tahu kemana. w sadar kembali. w bisa bernapas lega kembali, walau agak ngos-ngosan. Dan sejak saat itu, w tahu, aku bisa hidup di dunia selain dunia manusia. 
Setelah Papa memanggil seorang paranormal hebat.
***
            Pernah saat itu, w gak tau dech tak harus menyebut pengalaman apa ini. Seram atau lucu. Dulu, kira-kira lima tahun yang lalu, waktu w masih duduk di bangku kelas dua SMA. w sama teman-teman w mengadakan tamasya ke Puncak Di sana, w menginap di sebuah villa bergerbang tinggi. Villanya begitu besar dan megah. Siswa tidur di lantai dua, sedangkan siswi tidur di lantai satu.
            Tiba-tiba ketika bulan menampakkan utuh wujudnya. Bulat. Putih. Tengah malam Senin itu jauh lebih menyeramkan dari malam-malam yang pernah aku lalui sebelumnya. Di sisiku tidak ada Mama, Papa.w, hanya teman-teman sebaya w saja, yang tak bisa seutuhnya melindungi w .
w tidur di atas ranjang kecil di sisi sebuah jendela yang langsung memaparkan keindahan pemandangan keluar. Udara malam itu begitu dingin.  Perlahan-lahan w pejamkan mata. Tak membutuhkan waktu yang lama, w tertidur. Pulas. Begitu lelap.
         w bermimpi, w ada di sebuah pemakaman. Semua orang menjerit-jerit dan menangis begitu da seseorang yang meninggal. w gak kenal siapa orang itu.w berdiri di belakang seorang bapak botak berkaca mata. w menyelinap, dan w berhasil membuatnya berada di belakang w. Ternyata bapak botak itu berdiri paling depan, di depan nisan. Saat itu w baru bisa membaca nama orang yang meninggal itu. Namanya...kurang jelas. tapi w bisa lihat tahun kelahirannya, 1986.w masih bingung, mimpi apa w ini. w nengok ke jasad yang telah dikafani dan telah dijatuhkan ke tanah itu, mayatnya seorang wanita. Cantik.
            Tiba-tiba gelap,  w terbangun, tapi masih menutup mata. w kaget. Hah. w bilang saat itu, "Hanya mimpi," dan w menarik napas dalam-dalam dan kembali menghembuskannya. Perlahan-lahan w buka mata, w ganti posisi tidur yang tadinya menghadap ke depan, menjadi ke kiri, ke arah jendela. Dan, ketika w membuka mataku,
            "Aaaaaaarrrrrgggghhhhh!!!" jeritan w membangunkan seluruh penghuni kamar. w ngelihat seorang wanita tersenyum di balik jendela. Wanita itu melayang dengan mengenakan baju putih gombrang compang-camping, dengan  rambut acak-acakan, hitam dan panjang. Wajahnya bersimbah darah. Ia tersenyum sama w, namun ia kembali melayang pergi, sambil tertawa cekikian. Tawanya begitu menyeramkan, buat w jadi bergidik. Dy pergi sambil melambaikan tangannya sama w. Hah. Lucu.
            Dua hari setelah kejadian itu, w nonton TV di rumah waktu w baru pulang dari Puncak. w memutar-mutar channel w cari siaran yang menarik dan sampailah di berita criminal. w lihat di sana, ada berita telah dibunuhnya seorang gadis kelahiran tahun 1986. Disiarkan pemakaman gadis itu. Kameramen berada di belakang seorang bapak botak berkaca mata, kamera menyelinap ke depannya, dan mulai men-shoot nisan. Nama si korban pembunuhan tidak terlihat jelas, hanya tahun kelahirannya yang bisa tergambarkan, 1986. Kamera kembali menyoroti si jenazah. Jenazah seorang wanita. Cantik.
            Ya. Itu kelebihan w. w melihat masa depan, w bisa melihat kematian seseorang. Si kuntilanak, yang menampakkan wujudnya di depan jendela kamar villa , adalah roh gadis yang meninggal itu. Dy meminta bantuan sama w. Namun apa daya, w gak bisa melakukan apa-apa.

            Sebelah mata yang melayang, kaki yang berjalan di atas tangga, tangan buntung yang meraba-raba, kepala yang tergantung, bayangan di kaca, kuntilanak, pocong, genderewo, hah, capek. Semua itu adalah teman-teman w. Melihat kematian kakek w, si A, si B, si C. Semua itu adalah kebiasaan w. Setiap hari pasti w melihat satu penampakkan, lumayan, wlumayan terbiasa, walau w masih gak bisa menghilangkan rasa takut Wajar kan? Wajar kan w takut? Ya, siapa sih orang yang tidak takut jika setiap harinya ia harus berkomunikasi dan hidup di dunia yang bukan dunianya, hidup di dunia gaib.