Sabtu, 17 Maret 2012

Ganda


“Maaf, jangan sms dulu. Aku sedang bersamanya”
Text message sent

Kupalingkan wajah darinya, sedikit menengadahkan kepala menahan buliran air mata.
 Entah untuk yang keberapa kali,
aku tahu siang itu aku menyakitimu lagi. Dan menyakiti dia yang tersenyum teduh di depanku.
Aku memperoleh kebahagian ganda dengan mencintai kalian berdua, mencintai yang juga menyakiti.


Betapa aku iri pada bulan, ia mampu berputar mengelilingi bumi dan matahari. Tidak seperti aku yang terengah di antara kau dan dia.
Maka pada senja yang sama merah seperti awal pertemuan kita, telah kuutarakan sebuah keputusan.

LUPAKAN AKU UNTUK SESAAT

Berusahalah… untuk mengerti bahwa di dunia yang fana ini kita terlahir tak sempurna
Bahwa apa yang kita harap tak selalu bisa kita dapat, juga harus kau ingat
Kuatkanlah… dan mengerti bahwa hati terapuh dapat pula menjadi kekuatan baru
Bahwa apa yang terlewati mampu berikan pengalaman berharga untuk esok hari
Lupakan aku… bukan karna ku tak lagi mencintaimu seperti dulu
Proses pendewasaan diri tak selamanya mengenakkan hati, susah di arti
Tataplah masa depan ! jangan jadikan kepergianku ini sebagai satu rintangan
Ketulusan… t’lah tiba waktunya juga berbicara tentang pengorbanan
Aku pergi sejak hari ini bukan karna tak lagi mencintai
Aku tersenyum saat bertemu bukan karna bahagia meninggalkanmu
Aku begini…menyakiti hati bukan juga ingin kau musuhi
Hatiku pun menangis…tak hanya jiwamu yang teriris
Semoga perpisahan ini hanya sesaat
Semoga engkau mampu menatap kuat
Semoga terjaga semua hasrat
Hingga tiba lagi waktunya Tuhan persatukan kita erat

Rabu, 14 Maret 2012

KUPU-KUPU UNTUK Q



Sering mendengar bukan, kalau cinta itu tak ada bedanya dengan seekor kupu-kupu semakin dikejar maka ia akan semakin menjauh. Namun jika dibiarkan terbang, dia akan datang disaat kamu tidak mengharapkannya. Dan lucunya, aku pernah berharap kamu seperti kupu-kupu itu, yang tanpaku mengemis cintamu lagi dan lagi, kau akan datang dengan sendirinya dan tentu dengan jutaan harapan yang masih kusimpan.
***
 
Namun segalanya telah sirna, hari ini seuntai kalimat yang kau tulis seolah menjadi penanda agar aku sedikit bergeser dari asa-ku tentangmu, dari kalimat itu aku bisa merasakan kegelisahanmu dan betapa beratnya hidupmu dengan kehadiranku. Kalimat itu, jujur tlah menusuk jantung terdalamku. Demikian tak nyamankah hidupmu karenaku? Lantas mengapa diam saja? Mengapa menulis goresan itu tanpa mempertimbangkan ada aku yang akan terluka?, mengapa kau pura-pura nyaman dengan ketidaknyamananmu? Mengapa tak melepaskanku jika tak mencintaiku? Mengapa begitu senang aku melulu mengemis cinta padamu, padahal kau merasa risih? Mengapa kau tak bangunkan aku dari harapan-harapanku yang sebenarnya hanyalah kekosongan?
***
Demikian nikmatnyakah kau rasakan bermunajat padaNYA, menyulam cinta padaNYA dan tak mengizinkan siapapun memiliki hatimu kecuali DIA,  lantas ada aku yang tumpah ruahkan godaan dan mengusik hubunganmu denganNYA? Apakah kau jadikan aku ujian dari  menempuh cintamu kepadaNYA?! Apakah aku nampak seperti iblis penggoda yang merobohkan keistiqamahanmu? Teganya kau padaku. Seharusnya kau patahkan hatiku, karena aku hanyalah manusia biasa yang akhirnya di takdirkan mengemban fitrah cinta, salahkah aku mencintaimu? Dosakah aku mengharapkanmu? Hanya DIA yang tahu bagaimana aku menumbuhkan perasaanku semata-mata karenaNYA.
Karenanya mengapa tak berkata jujur saja? Sebab aku akan baik-baik saja dengan semua keputusanmu. Jika aku mencintamu karenaNYA, seharusnya akupun bisa melepaskanmu karenaNYA. Maka tak ada alasanmu berpura-pura mencintaiku. Uslah khawatir, aku bukanlah pencinta yang akan menggoreskan nadinya ketika telah terpatah. Aku adalah pencinta, yang insya Allaah ridha akan segala takdirNYA dan tak berharap apapun kecuali kebahagiaanmu. Lalu bagaimana kamu berfikir aku bahagia jika semuanya kau paksakan? Kumohon sudahilah, pintalah aku tuk pergi. Aku mohon! Karena jika aku yang harus pergi tanpa kau pinta, aku tak yakin bisa melakukannya.

Kau tentu mengenalku, aku terlahir selalu ceria bukan? Aku bahkan begitu pintar menutupi kesedihanku dan begitu lihai menyembunyikan semua cerita lukaku ini. Karenanya sekali lagi jangan pernah mengkhawatirkan perasaanku.  Aku tahu alasanmu tetap diam saja, hanya karena kau tak ingin melukaiku, walau pada kenyataanya aku justru terluka sejak lama. J
Dan akhirnya jika kau bukanlah kupu-kupuku, percayalah aku akan selalu menoreh doa untukmu agar DIA menghadiahkanmu tempat hinggap yang indah yang akan membuatmu nyaman.
With Hope

*Lagi-lagi goresan yang takkan pernah terbaca olehmu*